Rabu, 28 Juli 2021
MENGUKIR JEJAK HIDUP
Menjadi seorang guru sekaligus penulis adalah suatu anugrah kemuliaan yang tiada tara. Terlebih jika kita dapat menelurkan karya-karya berupa buku yang bermanfaat bagi orang lain. Sebagai seorang guru, seringkali merasa tidak puas terhadap buku pelajaran yang terlalu mahal dan tidak memenuhi kebutuhan murid-murid. Berbekal keinginan mempermudah murid-murid dan mempunyai pengetahuan setelah bergabung belajar menulis bersama PGRI asuhan omjay, mengikuti jejak senior dan narasumber yang ada, ingin sekali rasanya menyatukan kedalam sumber yang praktis. Beruntung, dunia penerbitan buku telah semakin dapat dijangkau oleh penulis sekarang ini. Seperti penyampaian naramber hebat malam ini Pak Thamrin Dahlan
Judul : PELATIHAN BELAJAR MENULIS PGRI asuhan Omjay
Resume ke- : 8
Gelombang : 19 & 20
Tanggal : 28 Juli 2021
Tema : Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan
Narasumber : Thamrin Dahlan, SKM, M.Si
Moderator : Mr. Bams
Tersentak hati dan kolbu ini mendengar penyampaian narasumber malam ini
Harimau mati meninggalkan belang
Gajah mati meninggalkan gading
Manusia wafat meninggalkan nama
Manusia wafat meninggalkan nama
Masalahnya nama manusia itu tercantum dimana?
Apakah hanya dibuku nikah?
Buku Tabungan?
Buku yasin?
Batu nisan?
Kenapa tidak kita cantumkan nama di cover depan sebuah atau beberapa buah buku? Sesungguhnya buku ber ISBN adalah tanda bukti seorang manusia pernah hadir di muka bumi ini.
Memang luarbiasa Pak Thamrin Dahlan, narasumber malam hari ini sangat mampu memberi pandangan tentang menerbitkan sebuah buku bagi seorang penulis dan bagaimana caranya agar seorang penulis memiliki mahkotanya. Melalui Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD), kita dapat menerbitkan buku ber ISBN tanpa biaya. Guru sebagai sang arsitek peradaban hendaknya mulai bergerak mewujudkan peradaban bumi kita dengan menulis dan menerbitkan buku.
Sebetulnya nenek moyang kita terdahulu telah mengajarkan kita budaya "menulis". Walaupun menuliskannya menggunakan media batu yang sekarang ini kita kenal sebagai prasasti. Tak terbayang olehku, mana mungkin kita tahu bahwa kerajaan tertua di Indonesia adalah Kerajaan Kutai. Seandainya nenek moyang kita tidak menulis prasasti, mana mungkin kita bisa merangkai sejarah bangsa kita sendiri, dari zaman Mataram, Singasari, Majapahit, dll. Pahlawan emansipasi wanita R.A Kartini pun tidak akan setenar sekarang bila ia tidak menulis. Berkat hasil tulisan surat-surat R.A kartini yang dikirim ke Abendanon di Belanda, kita jadi tahu buah pikir beliau tentang emansipasi wanita yang kemudian dijadikan buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Maka,
Mari kita tinggalkan jejak kita di dunia, dalam bait-bait kalimat kebaikan. Pahatkanlah ia dalam sebuah karya, dan biarkan ia tumbuh menjadi pohon ilmu yang selalu berbuah kebaikan. Sebagai penulis, segera ciptakan mahkotamu! karena buku adalah mahkota penulis, dan buku merupakan muara dari sebuah tulisan. Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan jejak